Home » , » Harewos Si Cepot: Stop Generasi Stunting di Indonesia

Harewos Si Cepot: Stop Generasi Stunting di Indonesia

Stunting terjadi akibat kekurangan gizi berulang dalam waktu lama pada masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan seorang anak. Riskesdas 2010 meyebutkan bahwa 35,6% balita  di Indonesia mengalami masalah stunting, artinya hampir separuh balita kita memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar tinggi badan balita seumurnya.

Sungguh disayangkan, masyarakat kita masih belum menyadari masalah ini karena memang anak pendek umum terlihat di masyarakat sebagai anak-anak dengan aktivitas yang normal, tidak seperti anak kurang gizi. Padahal tahukah anda bahwa stunting pada anak dapat berakibat fatal bagi produktivitas mereka dimasa dewasa? Penelitian membuktikan bahwa kemampuan membaca anak yang pendek lebih rendah dibandingkan anak normal, dan pada saat mereka dewasa produktivitas anak yang pendek lebih rendah dibandingkan dengan anak yang normal (Martorell, 2007).

Upaya advokasi diharapkan dapat membuka wawasan para pengambil kebijakan untuk membuka peluang upaya pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan masalah stunting. Advokasi juga ditujukan pada pemuka masyarakat untuk membantu pendekatan pada masyarakat dalam membangun kesadaran pentingnya pemenuhan gizi terutama pada ibu hamil dan bayi hingga usia 2 tahun. Advokasi baru menjadi langkah awal dan tidak mungkin langsung merubah keadaan menjadi lebih baik, butuh proses serta komitmen dari semua pihak yang bersinggungan dengan masalah stunting sehingga kita siap membangun generasi yang lebih baik dan siap menyongsong masa depan. (boed/Fk GSC)

Bagikan :

0 komentar:

Post a Comment

Mohon Untuk Tidak Memberikan SPAM
Marilah kita jalin Blogger yang bijak dan santun

CAMAT CAMPAKAMULYA